YLKI Temukan Penggunaan Antibiotik pada Ayam Broiler, Peternak Layangkan Protes

Antibiotik Ayam
Ilustrasi (Foto: pexels.com)

JAKARTA, DAERAHTERKINI.com – World Animal Protection dan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan bakteri kebal antibiotik ditemukan pada daging dan sekum (bagian usus) ayam broiler, di sejumlah rumah potong hewan unggas dan gerai penjualan, Jumat (16/7/2021). Menurut penelitian tersebut, hal itu mengindikasikan adanya penggunaan antibiotik kepada ayam di peternakan.

Menanggapi temuan tersebut, peternak yang tergabung dalam Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) mempertanyakan penarikan sampel, dan tak adanya coverboth side dalam pemberitaan hasil penelitian tersebut, yang dipublikasikan oleh kompas.com berjudul: “Bakteri Kebal Antibiotik Ditemukan Pada Daging Ayam, Apa Dampaknya ke Konsumen?”, edisi Jumat (16/7/2021).

Bacaan Lainnya

Ketua Umum DPP Pinsar Singgih Januratmoko mengkritisi pemberitaan kompas.com, yang tak melakukan peliputan dua sisi atau coverboth side, “Para peternak anggota kami sudah lama meninggalkan pemakaian antibiotik, pemberitaan ini berpotensi membuat bisnis peternak kian terpuruk, sudah jatuh tertimpa tangga lagi,” ujarnya.

Menurut Singgih, larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam telah dilaksanakan dan ditaati secara seksama oleh peternak, “Bahkan pelaksanaannya diawasi sangat ketat oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beserta jajarannya,” ujar Singgih.

Singgih menegaskan, hasil penelitian itu memiliki andil dalam merusak usaha peternak di dalam kampanye gizi, agar masyarakat mengkonsumsi daging ayam broiler. Selama ini, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang sangat mudah, murah, halal dan sudah sangat diminati oleh masyarakat.

Protes Keras Pinsar ke YLKI

Atas temuan tersebut, DPP Pinsar Indonesia merasa prihatin dan menyampaikan protes keras terhadap YLKI, “Kami menganggap YLKI tidak ambil bagian dalam membangun usaha-usaha peternakan rakyat,” ujarnya.

Menurutnya, penelitian tersebut seharusnya menyebutkan, berapa persen daging yang terkontaminasi dari keseluruhan sampel. Dengan begitu masyarakat memiliki pemahaman yang benar,” ujar Singgih Januratmoko yang juga anggota Komisi VI DPR RI.

Menurut Singgih, penelitian tersebut menjadikan seolah-olah semua peternak menggunakan antibiotik, padahal masih banyak peternak yang tidak menggunakan antibiotik sesuai arahan Kementerian Pertanian.

Menurutnya, rusaknya harga ayam broiler saat ini yang disebabkan oleh jatuhnya harga jual ayam hidup hingga berkisar Rp10.000 per Kg (Harga pokok produksi (HPP) Rp20.000 per Kg). “Pemicu harga jual di bawah HPP, karena over supply juga dipengaruhi oleh daya beli yang menurun dalam masa pemberlakuan PPKM,” ujar Singgih.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *